Onklik Baca : Dalam memajukan sebuah bangsa tentunya pendidikan adalah hal yang sangat penting. Tapi pendidikan tanpa kurikulum bisa di ibaratkan seperti berjalan tanpa arah, tanpa tujuan yang jelas. Untuk itulah kurikulum harus bisa mewakili setiap tagihan perkembangan zaman yang ada. Jawabannya perubahan memang harus dilakukan.
|
onklikbaca.com |
Mungkin dari pemikiran kecil itu sampai saat ini yaitu tahun 2016 kurikulum telah mengalami perubahan dari zaman ke zaman sebanyak 10 kali. Berikut perjalanannya :
1. Kurikulum 1947Kurikulum yang mulai diaplikasi pada 1950 ini dikenal dengan istilah leer plan kalau dalam bahasa Belanda berarti rencana pelajaran. Dikarenakan pada masa itu Indonesia masih dalam semangat perjuangan dalam merebut kemerdekaan, sistem pendidikan pun masih kental oleh pengaruh bangsa Belanda.
Oleh karena itu, kurikulum ini meneruskan yang sudah digunakan oleh Belanda sebelumnya. Ciri yang menonjol dari kurikulum 1947 adalah menitik beratkan pada pembentukan karakter manusia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Karena suasana kehidupan berbangsa dan bernegara pada saat itu masih dalam semangat perjuangan merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di dunia. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak memfokuskan pada pendidikan pikiran.
Yang diutamakan adalah: pendidikan karakter, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dikaitkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap seni dan pendidikan jasmani rohani.
2. Kurikulum 1952Pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami perubahan penyempurnaan. Kurikulum ini lebih menekankan pada setiap mata pelajaran yang diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum 1952 ini sudah mengarah pada sistem pendidikan berskala nasional.
Yang paling menonjol dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajaran jelas, bahwa guru harus mengajar satu mata pelajaran. Pada masa itu dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak bisa melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertukangan, perikanan dan pertanian,yang tujuannya agar anak tidak mampu sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, bisa langsung dapat kerja.
3. Kurikulum 1964Pokok pikiran kurikulum 1964 cirinya adalah pemerintah mempunyai keinginan supaya rakyat mendapat pengetahuan akademis untuk bekal pada jenjang SD, sehingga pelajaran berpusat pada program Panca wardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan kecerdasan, emosional, moral, jasmani dan keterampilan.
Ada yang menyebut Panca wardhana fokus pada pengembangan daya cipta, karsa, rasa, moral dan karya. Mapel diklasifikasi dalam 5 kelompok bidang study: moral, kecerdasan, emosional, jasmani dan keterampilan.
Baca juga :
Blog untuk Guru sebagai Media Pembelajaran Online 4. Kurikulum 1968Kurikulum 1968 merupakan pembaruan kurikulum 1964, perubahannya terdapat pada struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, kecakapan khusus dan pengetahuan dasar.
Kurikulum ini merupakan perubahan pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politik bahwa Rencana Pendidikan 1964 diisukan sebagai produk Orda Lama. Tujuannya adalah pada pembentukan manusia Pancasila yang sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, kecakapan khusus dan pengetahuan dasar. Jumlah pelajarannya sembilan. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 adalah kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,” katanya.
Materi pelajaran pada kurikulum ini kebanyakan bersifat teori, tidak mengaitkan permasalahan nyata di lapangan. Titik beratnya pada muatan materi apa saja yang tepat diberikan kepada murid di setiap jenjang sekolah.
5. Kurikulum 1975Pengganti kurikulum 1968 adalah bertujuan agar pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien. Kurikulum ini dipengaruhi oleh konsep di bidang manajemen yang terkenal pada masa itu, yaitu
management by objective.Tujuan, metoda dan materi, pengajaran diatur secara rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional. Ini dikenal dengan istilah Satuan Pelajaran (SP), yaitu rencana pelajaran dibuat untuk setiap satu bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), alat pelajaran, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Kurikulum ini banyak mendapat kritik karena setiap guru sibuk harus menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan di kelasnya.
6. Kurikulum 1984Kurikulum ini disebut juga kurikulum 1975 yang disempurnakan. Tokoh penting dibalik lahirnya kurikulum 1984 adalah Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasioan tahun 1980 s.d. 1986.
Menggunakan process
skill approach, di mana siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian dilanjjutkan dengan mengamati sesuatu, mendiskusikannya, dan membuat laporan. Model ini disebut juga dengan Cara Belajar Aktif Siswa (CBSA.
Namun, banyak sekolah yang merasa sistem dari kurikulum 1984 kurang efektif karena suasana kelas dianggap tidak kondusif untuk belajar. Penolakan untuk CBSA pun bermunculan.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen KurikulumKurikulum 1994 merupkan penyempurnaan dari kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai UU No. 2 tahun 1989 terkait Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berakibat pada pembagian waktu pelajaran, yaitu dari semester ke catur wulan.
Dengan sistem catur wulan pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap rapotan, diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran adalah menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal serta pemecahan masalah.
Kurikulum 1994 bergulir pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses pelajaran belum berhasil disebabkan karena beban belajar siswa terlalu berat. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerahnya masing-masing, misal kesenian, keterampilan, bahasa daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok masyarakat juga memaksa agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum 1994. Akhirnya berubah menjadi kurikulum 1994 yang super padat. Kehadiran Suplemen Kurikulum 1994 lebih pada menutupi sejumlah materi.
8. Kurikulum 2004Kurikulum 2004 ini dikenal dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, kegiatan belajar mengajar, penilaian, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan pada pengembangan kurikulum sekolah. Setiap mapel memiliki rincian kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Namun, terdapat kerancuan pada sistem ini yaitu Alat ukur pencapaian kompetensi siswa hanya berupa UAS dan UN soal pilihan ganda. Jika tujuannya adalah menguji kompetensi siswa, seharusnya alat ukurnya lebih banyak praktek atau soal uraian agar pemahaman lebih terlihat.
9. Kurikulum 2006Pada tahun 2006, Kurikulum Berbasis Kompetensi diganti oleh Kurikulum Tingkat Stuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini tidak jauh beda dengan Kurikulum 2004. Hanya saja Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran lebih memberi keleluasaan pada guru untuk mengembangkan atau merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan di daerah masing-masing, kondisi siswa, dan kondisi sekolah.
Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan acuan yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap mata pelajaran dalam satuan sekolah.
Pembelajaran dan silabus dibuat oleh sekolah masing-masing yang dikoordinasikan dan disupervisi oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Pada akhir tahun 2012, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran akhirnya diganti dengan kurikulum baru karena diangap kurang berhasil.
Kurikulum 2013Kurikulum 2013 yang disebut dengan istilah Kurtilas merupakan peralihan pemerintahan antara Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Presiden Joko Widodo. Kurikulum 2013 memiliki 4 aspek penilaian, yaitu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku.
Anies Baswedan juga sempat menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 ini di beberapa sekolah untuk mengevaluasi ulang. Pada tahun 2016, kurikulum 2013 telah direvisi dan kembali diberlakukan di beberapa sekolah.
Kurtilas ini sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurtilas juga diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru pastinya akan mempunyai perbedaan dengan yang lama.
Demikianlah Perjalanan panjang Kurikulum di Indonesia. Semoga ada manfaatnya
Sumber :
- http://infodunia-pendidikan.blogspot.co.id
- http://gurungapak.com